Headlines News :
Banner iskaruji dot com
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG DI PHOPHO POOMKILLER THE'SAINT BLOG

Alayisme

Semenjak postingan-postingan gw akhir-akhir ini yang begitu intens mengangkat fenomena alay, cukup banyak yang merespon ke gw dengan nada setuju (Alhamdulillaahhh...). Tapi tetep aja masi ada beberapa temen-temen gw yang bertanya tentang arti dari ”alay” itu sendiri. Dan juga masih banyak temen gw yang ngelapor kalo ternyata masih banyak yang ”menganut” alay itu sendiri. Lebih-lebih dengan merebaknya social net (jejaring sosial) belakangan ini didunia maya seperti facebook dan twitter yang cukup banyak peminatnya di sini. So, gw akan mencoba ngebahas tentang fenomena ”alay” menurut pengalaman, pemantauan, dan pengertian gw yang ga gaul ini.

Jadi gini, pada awalnya kata ”ALAY” itu merupakan suatu singkatan dari ”Anak LAYangan” yang kemudian biar gampang jadi disingkat ALAY. Dimana yang dimaksud dengan anak layangan pada saat itu dapat digambarkan dengan segerombolan bocah-bocah yang dekil, rambut merah kepanasan (gara-gara sering maen layangan), dan badan bau matahari. Begitu kurang lebih. Namun semakin kesini pergaulan dan tingkat ekspresional anak muda (karna kebanyakan pemakai bahasa alay kebanyakan anak muda) semakin pesat. Dari segi bahasa/tulisan, fashion, style dsb. Maka dengan demikian alay tidak bisa dikategorikan kesatu segi saja yaitu bahasa, yang sering kita denger istilah ”bahasa alay”. Melainkan bisa ke fashion dan style. Sebenarnya pada awalnya tidak ada istilah bahasa alay atau gaya alay dsb. Hanya saja karena para pengguna alayisme ini menjadi over dan cenderung berlebihan sehingga mengakibatkan orang-orang disekitarnya terganggu, maka timbul lah istilah alay sebagai buah dari kekesalan orang-orang yang merasa terganggu ini. Jadi, bisa dikatakan bahwa alay itu untuk menyebut perilaku/tingkah orang yang ingin gaul tapi terkesan maksa, norak, dan berlebihan yang amat menggangu jika dilihat, dibaca, atau bahkan didenger. Para pemakai alay pada awalnya kebanyakan anak muda cewek. Tapi makin kesini anak muda cowok jadi ikutan. Malah yang bisa dikatakan ”gak muda lagi” juga ada yang pake. Dan dengan maksud yang pingin keren atau imut namun secara berlebihan sehingga dilihat jadi ga pantes, makin kokohlah istilah ALAY itu sendiri.
Menurut gw, sebenarnya fenomena ini sudah ada dari dulu sekitar tahun ’90an, bahkan sebelumnya. Hanya saja karna keterbatasan kosakata saat itu, jadi susah untuk melukiskan fenomena ini dengan suatu istilah. Inget dong dulu ada istilah ”Yongkruuuuw”, terus ”Yo’i Paceeeee’ (Ya, penyebutannya seperti nama buah obat) dimana dua kata tadi adalah suatu ungkapan hanya untuk mengekspresikan ”Iya” atau ”Iya dooong..” atau ”Iya bangeeettt”. Mungkin orang-orang sekitar pada saat itu bingung maksudnya apaaaaa ini???? Mereka risih saat denger atau saat nanya dijawab ”Yongkruwww” atau ”Yoi Paceee’. Mungkin begitu gambaran jaman dulu. Mereka merasa risih dan keganggu akan selentingan-selentingan ini dimana-mana. Tapi tidak bisa menyuarakan kerisihan mereka dan hanya bisa menjawab ”Maksudnya apa nih? Kru muda?” dan ”Hah? Lu suka buah pace’?”. Sehingga ditemukan lah istilah ”alay” belakangan ini. Dan dengan semakin berkembangnya jaman, berkembangnya teknologi, fenomena alay semakin merebak. Dikarenakan orang bisa bebas berekspresi dan lebih BEBAS menunjukan ekspresinya itu. Ditambah dengan adanya jejaring sosial yang amat banyak peminatnya disini misal facebook dan twitter. Dengan demikian orang2 semakin banyak yang BEBAS berekspresi tanpa sadar diri, dan semakin banyak juga orang2 yang menjadi risih karenanya.



Sekilas Perbedaan Alay dan Lebay
Ada baiknya sekilas kita melihat perbedaan antara Alay dan Lebay. Memang sebelas-duabelas atau beda-beda tipis antara alay dan lebay. Untuk Alay, kita sudah bisa dapat gambaran dari bahasan gw diatas. Nah untuk Lebay, istilah ini merupakan pelesetan dari kata ”Lebih”. Yang dimaksudkan untuk orang yang berlebihan dalam hal perilaku. Atau bisa disebut Drama Queen. Bisa dikatakan Alay sama Lebay itu abang-ade. Dengan Lebay sebagai ”abang” karena ia lahir terlebih dahulu ketimbang Alay. Misal: Logat berbicara yang BERLEBIHAN gaulnya, disebut lebay. Status2 facebook yang BERLEBIHAN romantisnya, bisa disebut lebay.

Kembali ke Alay, berikut gw kasih gambaran sekilas tentang fenomena alay yang sempet hype SAMPAI SEKARANG:

· Nama atau Nick Name yang ditambahkan ”Kata Sifat” atau ”Kata Kerja”
Sebagai contoh, nama gw Wachyu. Jadi ditulis Wachyu ’Gantenk’, Wachyu ’Coolz’. Atau untuk yang cewek misalnya Wachyuni Ca’em, Wachyuni Imoed, Wachyuni Luchuw atau Wachyuni ’CUTE. Itu yang ”kata sifat”, dimana di”maksudkan” menggambarkan dirinya masing-masing. Selain itu ada beberapa yang ditambahkan dengan kata kerja. Misalnya: Wachyuni ’caiank kamoe’, atau Wachyuni Luph Wayu (yang maksudnya si Wachyuni punya pacar namanya Wachyu dimana si Wachyuni cinta banget sama Wachyu). Nah ini hanya beberapa contoh dimana mungkin udah sering banget kita jumpain. Sekarang jujur aja, menurut kalian orang yang pake nickname seperti ”lutcuw”. ”imoetz”, ”cantix”, aslinya gimana? Banyakkan mana dibandingin sama cewek yang bener2 cantik, imut, lucu – atau tampan, ganteng, cool bagi cowok - tanpa menambahkan ”kata sifat” itu di belakang namanya? ^^v


· Singkatan Yang Berlebihan
Pada awalnya singkatan di gunakan untuk menghemat kata-kata karena alasan keefesienan tanpa mengurangi arti dari kata itu sendiri. Saat jaman SD, kita biar nulis disingkat biar cepet saat guru tercinta mendikte kalimat. Waktu SMP-SMA, nulis disingkat biar cepet saat ujian. Itupun hanya menyingkat seperlunya dan masih dalam batasan kewajaran. Para guru pun masih mentolelir. Mungkin hanya satu aja saat itu yang disingkat, yaitu kata ”YANG” yang disingkat ”yg”. Atau ”Pada” cukup menjadi ”pd”. Kemudian timbul teknologi SMS. Dimana singkatan di SMS bertujuan untuk bisa memperbanyak kata dari sekian kuota untuk sekali sms. Dan dengan berkembangnya pergaulan saat ini, singkatan-singkatan menjadi lebih kompleks. Dan membuat yang membacanya risih bahkan bingung dengan maksudnya. Misal: kata ”Mobilnya”. Akhiran ”-nya” disini disingkat ”-ny” menjadi ”Mobilny” tanpa huruf ’a’. Kalo beginikan seharusnya dibacanya ”Mobilni” bukan ”Mobilnya”. Atau ”Mobil’a” dimana setelah huruf L dikasih tanda petik (’) baru huruf a. Atau lebih ekstrimnya lagi ”Mobilx”. Kemudian kata ”Yang” setelah disingkat menjadi ”Yng”. KENAPA GA ”Yg” AJA KALO EMANG NIAT DISINGKAT. Kata ”Jangan” yang menurut gw normalnya disingkat menjadi ”Jgn” malah disingkat ”Jng”. Kalo begini kan artinya bisa kemana-mana? Dari Jagung, Jenong, atau Jeng. Lalu ”kok” yang disingkat ”Kug”, ”Kog”, ”Qo”. Dan yang lebih sering kita jumpain yaitu kata ”IYA” yang normalnya cukup ”Ya”, malah disingkay ”Iy” (terkesan mengekspresikan jijik) atau yang parahnya ”ea” (Udah kayak Tukul...Ea! Ea! Ea!). Mungkin itu juga baru beberapa dari sekian banyak contoh. Justru jika maksudnya disingkat, malah terkesan leih boros bukan?


· Transformasi Huruf
Yaitu huruf2 yang dengan seenak udel diganti dengan angka ataupun pemakaian huruf kapital yang tidak pada tempatnya. Misal dalam kalimat ini:
Transformasi pertama: ”P4d4 h4r1 m1n99u ku turut 4y4h kek0t4”
Transformasi kedua: ”nAIk deLMaN isTIMeWa KuDUdUk diMUka”
Dan yang lebih parah jika keduanya digabungkan menjadi:
”du2q d154mp1n9 p4Q qu51R y9 5eD4n9 8eKErj4 m3n9eND4r41 qUd4 5up4Y4 841k j4L4ny4 h3y!” -_-,
Bayangin dengan satu baris kalimat ini butuh berapa detik untuk menulis maupun ngebacanya jika kita bandingkan dengan membaca tulisan dengan ejaan yang bener.


· Persamaan Huruf
Makin kesini, huruf-huruf juga bisa berubah lafaznya. Dimana huruf T bisa sama dengan D, huruf S bisa sama dengan C atau Z atau malah $, K menjadi Q atau G, O menjadi U dan lain sebagainya. Sebagai contoh, kata ”Semangat”. Dari kata ini, acap kali (ciahhh) diubah menjadi ”Semangad”, ”Cemangat”, atau bahkan ”Cemangad”. Dan berikut yang amat sering kita jumpai: Lemez, Ngantug, Haruz, futu (foto), muuph (maaf), Kag (Kak), dund (dong), bubu (bobo/tidur), ckola (sekolah -_-,), dst dah! Dan perlu diingat ini masih dalam ruang lingkup bahasa Indonesia, belom dari bahasa daerah yang di alay-in.


· Pemborosan Huruf
Ga jauh beda ama yang udah-udah. Misal kata ”Aku” menjadi ”Akuwh”, ”Imut” jadi imoed, lutchuw (lucu), caiyank (sayang), taund (tahun) ......................................... (silahkan isi titik-titik ini dengan kata-titik lainnya yang pasti sering kamu temui)


· Pemakaian Bahasa Inggris Yang Salah
Nah ini juga ga jarang kita temuin nih... Entah karena ga sengaja salah tulis atau emang pengetahuan bahasa Inggrisnya kurang. Misalnya: ”Oh my good” yang mana maksudnya ”Oh my God”. Terus, ”Loadspeaker” yang maksudnya ”loudspeaker” (pengalaman pribadi :p), terus ”Oh...I miss you him so much” entah maksudnya ”I miss you so much” apa ”I miss him so much”


· Gaya Foto
Ternyata istilah alay ga hanya buat kata-kata aja. Untuk urusan narsis juga ga mau kalah. Yaitu foto-foto. Atau bahasa alaynya futu-futu. Mungkin berawal dari kebosanan orang akan gaya foto yang itu-itu aja dan ditambah dengan bakat narsis yang menggebu-gebu. Orang yang percaya-akan-dirinya-oke mulai bereksperimen dengan mencari-cari cara agar dirinya tampak lebih OKE jika dilihat difoto ketimbang aslinya.
Sudah terbukti bahwa pengambilan gambar dari sudut-sudut tertentu bisa mempengaruhi kualitas suatu objek. Diantaranya menjadi terlihat lebih bagus. Yaitu angel/sudut kamera yang diambil dari sudut atas kira-kira hanya beberapa derajat dari kepala. Dan juga bisa ditambahkan ekspresi jari yang dibentuk sedemikian rupa sebelum gambar diambil. Misal:
ü Tangan membentuk angka 1, trus letakkan di depan bibir, dimana bibir sudah siap dengan posisi monyong, alis keatas. CPRET!
ü Kemudian, pose (bisa dengan sudut kamera yang sama) dengan memajukan kepala dan pipi yang digelembungin seperti orang nyelem nahan napas. CPRET!!!
ü Lalu, foto dengan tangan yang membentuk pestol yang diletakkan dibawah dagu. Tersenyum 3 jari daaaaaannn CPRET!!!!!!!!
ü Selanjutnya gaya menggigit bibir bagian bawah dengan alis keatas, kpala sedikit melengos, dan mata disipitin. CPROT!
Well, pada awalnya gaya seperti ini fine-fine aja jika digunakan secara ”bijak” dan oleh orang-orang yang ”tepat”. Hanya saja belakangan ini sering banget kita jumpain orang-orang yang menggunakannya secara tidak bijak. Kalo boleh jujur, ga pas dan merusak pemandangan. Jadinya malah ”menggangu” yang ngeliat dan secara tidak langsung mengejek dirinya sendiri. Misal nih, bayangin gw. Dengan badan subur, kulit sawo matang abis dijemur, bewokan, foto dengan salah satu poin gaya diatas. Merinding kan Lo? Gw yakin, setiap orang punya gaya masing-masing untuk tampil oke tanpa harus maksain bergaya seperti itu. Coba deh kita explore diri kita masing – masing. Trus temuin gaya yang bener-bener pas, buat kita pakai nanti-nantinya. Kalo lo bisa terlihat oke walopun di gaya paling jelek, itu baru keren.


· Fashion and Style
Gw juga ga terlalu expert sama hal beginian. Yang namanya style ama fashion emang ga bisa dilepas sama yang namanya anak muda. Apalagi sekarang segala jenis informasi yang berkaitan dengannya bisa diakses dimana aja. Setau gw, kiblat fashion sama style kita ini kalo ga barat, ya asia. Kalo barat kita tau lahh dari mana aja.. kalo asia biasanya kebanyakan ngambil dari Jepang ama Korea. Nah, kita sebagai keturunan melayu di kawasan tropis biasanya mempunyai ciri-ciri fisik: kulit antara kuning langsat-coklat-sampai item, dan rambut hitam. Banyak banget kita liat orang-orang yang pede banget dengan penampilan maksanya dan sungguhnianpun amat ga enak dimata. Untuk alay fashion, biasanya cowo yang lebih sering ter-detected. Lantaran cewek lebih pinter dandan dan pinter nge-mix and match. Dan kalo udah gini, timbul deh celetukan ”eh eh,, liat deh... alay banget ya”. Dan parahnya lagi ”eh.. Ada masteng!”
Gini nih, misal ditemukan cowo berpakaian celana pensil dimana untuk memakainya mungkin harus dikasih oli. Trus pakean lengan panjang kotak-kotak. Dengan rambut cuma terlihat sisa poninya doang dengan maksud emo (walopun lebih terlihat seperti salah satu band yang,,,,,). Atau ada cowo keker berambut bondingan disemir emas dengan kaos lek-ton atau keleke katon (keteknya keliatan-jawa) udah kayak personil F4. Atau berdandan harajuku dengan rambut warna warni dan pakean yang rada-rada nyeleneh. Wow, keren banget ya! Tapi dia melupakan kalo dia termasuk sebagai mana ciri-ciri sudah gw sebut diatas. Dimana dia berkulit gelap dan berambut item. Gimana menurut lo?
Gw bukannya rasis disini. Maksud gw boleh mereka ngikutin model apa aja. Asalakan cocok sih oke-oke aja. Tapi perlu diinget juga. Para model yang mereka ikutin itu kan asalnya dari barat ama asia, dimana mereka memiliki kulit yang putih. Dan kalo kulit putih biasanya cocok dengan model rambut apa aja (apalagi botak hehehehh), juga model pakean apa aja. Mau mereka model A, model B, sampe C kalo kulitnya putih sih cocok-cocok aja. Dan perlu diinget juga, kita biasanya mengambil contoh apa yang kita liat di media. Bukan yang di dunia sebenernya. Nah kebanyakan apa yang dimedia itu kan yang bagus-bagus aja yang ditampilin. Gaya bagus dengan model/pemeran yang bagus. Jadi di otak ya kita udah ”terprogram” bagus. Tanpa melihat yang sebenernya dan melihat diri kita sendiri. Cocok buat mereka, belom tentu cocok buat kita. Eh btw, gw juga pernah dikategorikan alay waktu awal-awal kuliah loh... Gara-gara dulu pingin ngerasain gondrong Hehehehh... Disini gw bukannya membatas-batasin dalam hal berekspresi. Bukannya maksud gw buat sok nasehatin juga. Hanya aja menurut gw jika segala sesuatunya digunakan secara berlebihan tanpa melihat porsi yang kita miliki malah jatohnya jadi ga pas. Menurut gw, Tuhan udah menciptakan kita sebagai mahakarya-Nya ini dengan komposisi perhitungan matang-Nya. Si A dengan postur begini, kulit begini, cocoknya dengan muka begini dan rambut begini dsb. Begitulah sederhananya. Jadi sekali lagi kita harus bisa mengeksplor diri kita untuk nyari-nyari mana yang cocok buat kita biar bisa tetep ok tanpa berlebihan jika memang perlu kita ubah. Orait!

Yahhh itu sedikit gambaran yang bisa gw kasih mengenai fenomena alay. Akhir kata, gw ga mengdiskreditkan/ngelarang untuk beralay-alay. Ini hanya pendapat gw. Boleh aja kalo ada yang beda. Hanya aja bagi yang gunain fenomena ini juga bisa inget lingkungan sekitar, bisa menempatkan diri dan jangan terlalu berlebihan laaahhhh..... Misal disingkat-singkat boleh, asal jangan berlebihan... Ibarat kata nih, makan duren boleh... tapi kalo kebanyakan bisa mengganggu orang-orang disekitar lo yang ga suka duren. Dari baunya lah, trus kulitnya kalo dibuang sembarangan bisa ngundang lalet ijo lah....gitu deeehh.. Oke? Oke? Hoke!
Share on :